"Tai Chi", Keseimbangan Jiwa dan Raga

Tangan dan Kaki digerakkan secara perlahan-lahan. Tidak perlu mengeluarkan tenaga berlebihan. Gerakan justru dapat memancarkan ketenangan. Inilah tai chi, bentuk seni bela diri dari Tiongkok.
Menurut legenda, tai chi diciptakan seorang pendeta Tao bernama Zhang Sanfeng (Thio Sam Hong) yang hidup pada abad ke-12. Kemudian, ajarannya dikembangkan oleh Chen Wangting pada abad ke-15. Dari sosok inilah lahir Gaya Chen, gaya yang tertua. Gaya yang tertua. Gaya Chen dimodifikasi lagi oleh muid-murid generasi berikutnya dan melahirkan gaya-gaya yang lain.

Gaya Chen, Gaya Yang, Gaya Sun, dan Gaya Wu merupakan gaya-gaya tai chi yang dikenal. Saat ini, Gaya Yang menjadi standar pengajaran tai chi ke seluruh dunia. Gaya tersebut mempraktikkan rangkaian gerak yang disebut "Beijing 24 Step".

Karena cukup membutuhkan gerakan perlahan, tai chi kerap dianggap olah tubuh yang ideal bagi para orang tua. Namun, seni bela diri ini justru memiliki ruang lingkup yang lebih luas, tak sebatas gerakan fisik.

Tai chi juga mengandung kualitas estetika dengan komponen spiritual bersahaja. Terdapat penggabungan konsep Tiongkok yin-yang dan chi (aliran energi).

Dari aspek jasmani, tai chi melatih lahiriah agar otot-otot berkembang secara alami. Gerakan yang dilakukan perlahan-lahan juga dapat melatih mental seseorang (mental training). Ketika ketenteraman batin tercapai, kebahagian hidup bisa dirasakan meski dalam hal-hal sederhana.

Ketika melakukan gerakan secara konsisten, seseorang membiasakan bernapas dengan perut. Hal ini dapat membentuk pribadi lebih tenang dan sabar. Dari aspek kesehatan, tai chi membantu penyembuhan berbagai penyakit manahun yang tidak melulu bisa ditolong dengan obat seperti asma, paru-paru dan darah tinggi.

Hingga kini, tai chi masih menjadi bagian dari pelajaran di berbagai klub wushu dan kungfu di Indonesia. Bahkan, anak bangsa turut menyumbangkan prestasi di kancah olahraga Internasional. Seorang atlet wushu Indonesia meraih medali perunggu di nomor tai chi pada Asian Games 1998 di Bangkok, Thailand.


Sumber : Koran KOMPAS / KLASIKA / Minggu, 22 Februari 2015

Comments

Popular posts from this blog

User Experience atau UX Topik 10 Prototyping

Bahan-Bahan untuk Ujian Testing and Implementation System

First-Cut Class Diagram (Sistem Informasi Paragon)